Balitbangtan kukuhkan Inovasi Papua di Bidang Pertanian

By Admin


nusakini.com - Jayawijaya - Kepala BPTP Balitbangtan Papua, Yuliantoro Baliadi mengatakan, saat ini pertanian padi organik sudah diterapkan warga Suku Marin di atas lahan seluas 20 hektare. Melalui diseminasi inovasi varietas oleh PPL anak suku penduduk setempat, BPTP Balitbangtan Papua akhirnya bisa membuat petani menggemari varietas Inpari 30 Ciherang Sub-1 dan varietas Ciherang.

"Mereka mengembangkan pertanian padi organik," kata Yuliantoro.

Yuliantoro mengatakan, pertanian organik mempunyai arti yang sangat penting bagi Suku Marin. Kearifan lokal yang dijaga sejak dahulu kala membuat suku ini terkenal piawai mengolah lahan, membuat pupuk organik dan pestisida nabati.

"Pemaknaan organik di Papua merupakan warisan yang sudah dilakukan secara turun temurun, selain itu juga adanya pelarangan dalam menggunakan pupuk dan pestisida kimia di Kabupaten Jayawijaya dan sekitarnya," katanya.

Budidaya padi yang dikerjakan tanpa memasukan pupuk dan pestisida kimia selama bercocok tanam dinilai berhasil menghasilkan produktivitas rata-rata varietas Inpari 30 Sub-1 dengan jumlah produksi mencapai 4 ton gabah kering per hektare. Dengan alasan tidak adanya modal usaha untuk beberapa Distrik di Merauke dan Boven Digul disebut menjadi alasan lain dijadikannya pertanian organik sebagai sumber mata pencaharian penduduk setempat.

Yuliantoro menambahkan, maka dari itu Dinas Pertanian Merauke memberikan bantuan berupa pupuk organik cair dalam membantu pengembangannya.

"Ini bisa menjadi rintisan yang didorong sebagai kelompok tani percontohan. Rencana pengembangan padi organik tahun 2018 di Kabupaten Merauke menjangkau luasan 5.000 hektare," ujar Kepala BPTP Balitbangtan Papua.

Selain itu dia juga yakin, hal ini bisa menjadi modal kuat untuk mendorong terwujudnya dukungan inovasi pertanian (DIP) mendukung terciptanya Lumbung Pangan Berorientasi Ekspor (LPBE) Wilayah Perbatasan Papua.

"Salah satunya beras organik," tambahnya.

Yuliantoro menambahkan, bila BPTP Papua bersama Dinas Pertanian Merauke akan melakukan pendampingan di lokasi padi organik melalui inovasi VUB yang adaptif, stabilitas lapang baik, dan penerapan pola tanam sesuai dengan agro ekosistem.

"Ke depan integrasi kegiatan melibatkan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, mengingat ketersediaan jerami yang melimpah perlu dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi dan sosialisasi petani setempat untuk mengolah kotoran hewan sapi menjadi pupuk kandang," ujarnya.

Sebagai informasi, suku Marin yang merupakan penduduk asli Distrik Kimaam, Pulau Yos Sudarso. Demi sebuah harapan hidup yang baru mereka bermigrasi ke Kampung Nggolar yang berada di Distrik Merauke. (p/ma)